PENGARUH PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DAN SERAT BAMBU TERHADAP KUAT TEKAN BETON
beton, abu sekam padi, serat bambu, kuat tekan
Abstract
Beton adalah campuran dari semen, agregat, air dan juga bahan tambahan yang berupa bahan kimia, serat, bahan non kimia dengan perbandingan tertentu. Pada dasarnya beton memiliki kuat tekan yang cukup tinggi namun tidak dengan kuat tariknya. Untuk kuat tarik, beton memiliki kuat tarik yang rendah dibandingkan dengan kuat tekan yang dimiliki oleh beton itu sendiri.
Penambahan Abu sekam padi 5% dapat meningkatkan kuat tekan beton sekitar 6% dari kondisi awalnya (Faisal Estu Yulianto, Universitas Madura, 2014). Penambahan serat bambu pada campuran beton berpengaruh pada nilai kuat tekan dan kuat tarik beton. Terjadi kenaikan kuat tekan dan kuat tarik optimal pada campuran dengan prosentase penambahan serat bambu sebesar 1% karena peranan serat bambu dalam menahan retakan akibat beban berlebih yang terjadi pada beton (Retno Trimurtiningrum, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, 2018).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Standar Nasional Indonesia SK.SNI.T-15-1990-03 yang dilakukan di Laboratorium Universitas Sains Al-Qur’an Jawa Tengah di Wonosobo. Benda uji dalam penelitian ini adalah beton normal dengan bahan tambah abu sekam padi 4%, 5% dan 6% sebagai pengganti sebagian dari semen dan serat bambu 0,9%, 1% dan 1,1% sebagai bahan tambah.
Proporsi campuran optimal dengan nilai kuat tekan tertinggi didapat oleh kode benda uji B2 dengan variasi campuran abu sekam padi 5% dan serat bambu 1% dengan nilai kuat tekan 22,8 N/mm2, sehingga lolos dari kuat tekan rencana yaitu sebesar 18,675 N/mm2.
Diharapkan agar campuran antara semen, abu sekam padi, serat bambu serta material pembentuk lainnya benar-benar homogen agar menghasilkan beton yang baik. Kemudian dalam melakukan pencetakan, diharapkan adonan benar-benar padat dan permukaan benda uji diusahakan rata agar mendapat hasil yang optimal ketika diuji.
Downloads
References
ISO Standard 3893-1977. Perbandingan Kuat Tekan antara Silinder dan Kubus.
Mulyono, Tri. 2004. Teknologi Beton. Yogyakarta : C.V. Andi Offset
Neville. 1981. “Properties of Concrete”, 3rd Edition, Pitman Publishing : London
Nugraha, Paul & Antoni. 2007. Teknologi Beton. Yogyakarta : C.V. Andi Offset
SII-0013-81. “Mutu dan Cara Uji Semen Portland”
SII-0052-80. “Mutu dan Cara Uji Agregat Beton”.
SK.SNI T-15-1991-03. Struktur Beton Bertulang.
SK.SNI.S-04-1989-F. “Spesifikasi Bahan Perekat Hidrolis sebagai Bahan Bangunan”.
SK.SNI.S-04-1989-F. Spesifikasi Air Sebagai Bahan Bangunan.
SK.SNI.S-18-1990-03. “Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton”.
SK.SNI.T-15-1990-03 “Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal”
SK.SNI-S-04-1989-F. “Spesifikasi Agregat sebagai Bahan Bangunan”.
SNI 03-2834-1992. Batas-Batas Gradasi Agregat Halus.
SNI.T-15-1990-03:6. Perkiraan Kuat Tekan Beton dengan FAS 0.5 dan Jenis Semen serta Agregat Kasar yang biasa dipakai di Indonesia.
SNI-T-15-1990-03:11. Kententuan Minimum untuk Beton Bertulang Kedap Air.
SNI-T-15-1990-03:13. Perkiraan Kadar Air Bebas (kg/m3) yang Dibutuhkan untuk Beberapa Tingkat Kemudahan Pekerjaan Adukan.
SNI-T-15-1991-03:7. Persyaratan Jumlah Semen Minimum dan Faktor Air Semen Maksimum untuk Berbagai Macam Pembetonan dalam Lingkungan Khusus.
Tjokrodimuljo, 2004:III-12. Batas-Batas Gradasi Agregat Kasar.
Trimurtiningrum, Retno. 2018. Pengaruh Penambahan Serat Bambu Terhadap Kuat Tarik dan Kuat Tekan Beton. Univeersitas 17 Agustus 1945 Surabaya : Retno Trimurtiningrum
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.