STRATEGI PENGEMBANGAN POTENSI INTELEKTUAL MUSLIM
Strategi, Intelektual Muslim
Abstract
Pada masa keemasan Islam banyak bermunculan intelektual muslim dalam berbagai disiplin pengetahuan, baik dalam bidang agama maupun non-agama (pengetahuan umum). Tidak hanya menyangkut permasalahan fiqih dan teologi, tetapi juga dalam bidang filsafat, matematika, astronomi, kedokteran dan lain sebagainya. Kaum intelektual ini adalah kaum yang menempatkan nalar (pertimbangan akal) sebagai kemampuan pertama yang diutamakan, yang melihat tujuan akhir upaya manusia dalam memahami kebenarannya dengan penalarannya. Meskipun secara kuantitas mereka bisa dikatakan sangat sedikit, akan tetapi secara kualitas tentunya mereka di atas rata-rata orang awam karena mereka memiliki ilmu pengetahuan dan wawasan.
Diakui atau tidak, sebenarnya kaum intelektual merupakan bagian dari masyarakat dan bukan kelas tersendiri, tetapi memiliki keterkaitan sosial di mana kegiatan yang diberi kategori intelektual mendapat tempat dalam hubungan pada umumnya. Kaum intelektual tidak ditempatkan sebagai kelas tersendiri, tetapi berlaku bagi siapa saja yang melakukan perjuangan menegakkan kebenaran guna mewujudkan keadilan, kebebasan, dan kemajuan masyarakatnya. Jadi kaum intelektual bukanlah kaum elit yang harus memisahkan diri dari masyarakat di mana ia lahir atau tinggal, akan tetapi ia harus berpijak dan bergaul dengan masyarakat tersebut serta membawa mereka menuju kemerdekaan. Merdeka dari belenggu kebodohan, pasungan ketertinggalan dan kemerdekaan dari kemiskinan. pengabdian serta komitmen yang jelas dalam membangun peradaban umat dan bangsanya.
Dari situlah pengembangan intelektual muslim harus dibumikan kembali sehingga umat islam menjadi Rohmatan Lil Alamin.