Pribumisasi Hukum Islam Melalui Sertifikasi Halal Berbasis Pendekatan Inter-Cultural
Pribumisasi Hukum Islam, Sertifikasi Halal, Inter-Cultural
Abstract
Abstract
The indigenization of Islamic law through halal certification as part of the Islamic Islamization effort derived from God is accommodated in culture ('urf) derived from humans without losing their respective identities. Attempts to ground Islamic teachings through halal certification in the social, economic, cultural and legal spheres must be a unity in diversity, formed on the deep consciousness of each individual who is collectively in a socio-societal society in reference to the will of social ideas. This indigenous Islamic legal effort is represented in Act No. 33 of 2014 on Halal Security in Indonesia as its tools. However, this Act is not yet effective role, so it is necessary to get intermediary support from various parties. From this the author offers the intermediary concept of "indigenous Islamic law through Halal Certification" with a cultural approach. However, can Islam with halal certification lead to continued social change in the awareness of Islamic law as a culture? This paper examines the importance of halal certification with a patterned cultural approach in the concept of "indigenous Islamic law". To answer these questions, there should be an understanding that social structure in society is basically formed by unincidental agreement with deep awareness and based on the grandeur of value and harmony of purpose. This foundation is needed as an effort to understand the public about the importance of halal certification.
Keywords:Indigenous Islamic Law, Halal and Inter-Cultural Certification
Abstrak
Pribumisasi hukum Islam melalui sertifikasi halal sebagai bagian dari upaya mengislamkan ajaran normatif yang berasal dari Allah diakomodasikan dalam kebudayaan (‘urf) berasal dari manusia tanpa menghilangankan identitas masing-masing. Usaha untuk membumikan ajaran Islam mealui sertifikasi halal dalam ranah sosial, ekonomi, budaya serta hukum harus menjadi satu kesatuan integral (unity in diversity), terbentuk atas kesadaran mendalam tiap individu yang terkolektif dalam wadah sosial-masyarakatmengacu pada kemauan ide sosial. Upaya pribumisasi hukum Islam ini secara riil direpresentasikan dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Halal di Indonesia sebagai tools-nya. Namun, Undang-Undang ini dirasa belum efektif peranannya, sehingga perlu intermediary yang mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Dari sinilah penulis menawarkan konsep intermediary berupa “pribumisasi hukum Islam melalui Sertifikasi Halal” dengan pendekatan budaya. Namun, bisakah Islam dengan sertifikasi halal dapat membawa perubahan sosial yang berlanjut pada penyadaran hukum Islam sebagai sebuah budaya? Tulisan ini mengkaji pentingnya sertifikasi halal dengan pendekatan budaya yang terpola dalam konsep “pribumisasi hukum Islam”. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, perlu ada pemahaman bahwa struktur sosial dalam masyarakat pada dasarnya terbentuk atas kesepakatan unincidental dengan kesadaran mendalam serta didasari atas keluhuran nilai dan keharmonisan tujuan. Landasan ini diperlukan sebagai upaya untuk memahamkan masyarakat tentang pentingnya sertifikasi halal.
Kata kunci: Pribumisasi Hukum Islam, Sertifikasi Halal dan Inter-Cultural
Downloads
References
Ahmad Bin Asmuni, t.th, Al-Ijtihâd wa Taklîd, Kediri : Hidayat al-Tullâb
Alî, Maulânâ Muẖammad, 1990, The Religion of Islam: A Comprehensive Discussion of the Sources, Principles And Practise of Islam,Sixth Edition, Lahore: The Aẖmadiyya Anjuman Ishâ’at Islâm.
Basori,Akmal, 2016, Filsafat Hukum Islam, Wonosobo: Diktat Fakultas Syari’ah dan Hukum UNSIQ.
Bahri,Samsul, 2007, Membumikan Syariat Islam. Semarang: Rizki Putra.
Desa Muslim: Essai Version, dalam https://anick.wordpress.com/2006/08/14/desa-muslim-esai-version/, diakses 06/12/2017
Hooker,M.B., 1984,Islamic Law in South-East Asia, Kuala Lumpur: Oxford University Press.
________, 2003, Indonesian Islam: Social Change Throught Contemporary Fatawa, Australia: Association of Australia in association with Allen & Unwin.
Hallaq, Wael B., 1997, A History of Islamic Legal Theories: an Introduction to Sunnah Usul al- Fiqh, Cambrigde: Cambrigde University Press.
Ismatullah, Dedi, 2011,Sejarah Sosial Hukum Islam, Bandung: Pustaka Setia.
Kuntowijoyo, 2008,Paradigma Islam: Interpretasi Untuk Aksi,Ed. Baru, Bandung: Mizan.
Ka‘bah, Rifyal, 1999,Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: UniversitasYarsi.
Larry A. Samovar danRichard E. porter, 2009, Intercultural Communication Reader. Wadwort Cangage Learning.
Mudzhar, M. Atho’, 1998, Membaca Gelombang Ijtihâd: Antara Tradisi dan Liberasi. Yogyakarta: Titian Ilahi Press.
Ghazâlî, Abû Hâmid bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-, 1324H, al-Mustashfâ Mîn ‘Ilm al-Usûl. Jilid II, Beirut: DârIhyâ’ at-Turâts al-‘Arabî, reprint daricetakanMesir.
Rofiq,Ahmad, 2013,Hukum Perdata Islam Indonesia. Ed. Revisi, Jakarta: Raja Grapindo.
Riset Redaksi Jurnal Tashwirul Afkar, No. 14 Tahun 2003.
Syaukhani,Asy-,. tt, Irsyad al-Fuhul , Beirut: Darul Ihya’ at-turas Arabi.
Tentang LPPOM MUI, dalam
http://www.halalmui.org/mui14/index.php/main/go_to_ section/130/1511/page/1
Tabrin, Muhammad, 2016, Implementasi Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal, Dirjen Bimas RI: Disampaikan pada Acara Temu Wicara Perkosmi,2016, dalam http://perkosmi.com/wp-content/uploads/2016/06/Materi_Kemendag_28_Juni_2016-.pdf
Tim INCReS, 2000, Beyond the Symbols: Jejak Antropologis Pemikiran dan Gerakan Gus Dur, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
‘Uways, Abdul Halim, 1998,Fiqih Statis dan Fiqih Dninamis, Ter. A. Zarkasyi Chumaidy, Bandung: Pustaka Hidayah.
Wahid,Abdurrahman, 2011, Pergulatan Negara, Agama, dan Kebudayaan, Jakarta: Desantara.
________, 2016, “Pribumisasi Islam” dalam, Islam Nusantara: dari Uṣûl al-Fiqh Hingga Paham Kebangsaan, ed. Akhmad Sahal dan Munawir Aziz, Cet. III. ,Bandung: Mizan.