MEMBUMIKAN NU KULTURAL
Membumikan, NU, Kultural
Abstract
Akhir-akhir ini ada sebagian golongan muslim yang berperilaku beragama
gampang mengkafirkan, bid’ah, sesat, syirik kepada muslim yang lain atau
golongan takfiri. Golongan takfiri tersebut seolah menutup mata dengan
keberhasilan dakwah Walisongo yang melakukan pendekatan langsung ke
budaya (kultural) dan adat istiadat lokal. Pendekatan langsung ke budaya
(kultural) tersebut diteruskan oleh warga NU. Menurut Gus Dur NU itu
ada dua: NU Struktural dan NU Kultural. Struktural yaitu Kyai-kyai yang
menduduki posisi di Tanfidhiyah dan Syuriah. Sedangkan kultural yaitu
Kyai-kyai yang menghidupkan tradisi NU. Tradisi NU itu diantaranya:
ziarah kubur, tawasul, tahlil, istigasah, zikir bersama, peringatan maulid,
manakib, ngalab berkah dan lain-lain. Dan NU berkembang karena NU
kultural.
Dalam penelitian ini akan diuraikan tentang hal yang menjadi rumusan
masalah yaitu bagaimana kontribusi NU kultural dalam menghadapi
golongan takfiri di Indonesia. Adapun maksud dan tujuan penulisan
jurnal ini adalah untuk mengetahui kontribusi NU kultural dalam
menghadapi golongan takfiri di Indonesia. Penelitian ini merupakan
penelitian kepustakaan (library research) yang menitikberatkan
pembahasan yang bersifat literer. Metode pengumpulan data
menggunakan sumber primer dan sekunder. Adapun analisis datanya
menggunakan analisis isi (content analysis). Dalam tulisan ini
diungkapkan bahwa prinsip gerakan NU kultural metodologinya sama
yang dilakukan ketika zaman Walisongo yaitu Al-muhafazhah ‘ala al-qadim
ash-shalih wa al-akhdz bi al-jadid al-ashlah (menjaga tradisi lama yang baik,
sambil menerima tradisi baru yang baik).