PEMAKNAAN JAWA PEGON DALAM MEMAHAMI KITAB KUNING DI PESANTREN
Makna Jawa Pegon, Kitab Kuning, Pesantren
Abstract
Pondok Pesantren dapat digolongkan menjadi dua yaitu Pondok
Pesantren modern dan Pondok Pesantren salaf. Pondok Pesantren
mengajarkan kitab suci Al-Qur’an dan pengkajian kitab kuning, baik itu
modern maupun salaf. Namun yang menjadi ciri khas dari Pondok
Pesantren salaf adalah kitab berbahasa arab gundul kemudian diterjemah
dengan bahasa jawa pegon. Huruf pegon lahir di kalangan Pondok
Pesantren untuk memaknai atau menerjamahkan kitab-kitab berbahasa
Arab ke dalam bahasa Jawa atau Indonesia untuk mempermudah
penulisannya, karena penulisan arab dimulai dari kanan ke kiri, begitu
pula menulis pegon, sedangkan penulisan latin dimulai dari kiri ke kanan.
Meskipun di lingkungan luar pesantren juga ada pembelajaran kitab,
namun sulit sekali ditemukan pembelajaran kitab kuning (kitab gundul)
yang menggunakan bahasa jawa pegon atau tulisan arab yang
menggunakan bahasa jawa, hanya saja mereka menggunakan kitab yang
sudah diartikan dengan bahasa Indonesia secara langsung.
Dalam Penulisannya, Pegon yang berupa huruf vokal diwakili dengan
huruf-huruf yang dalam tulisan Arab berfungsi untuk memanjangkan
bacaan huruf, yakni alif ( ا). wawu ( و), dan yak ( ي), Sedangkan huruf
konsonan ditulisan Arab Pegon diwakili oleh huruf-huruf hijaiyyah yang
mirip bunyinya, seperti "n" dengan huruf nun, “m” dengan mim dan lainlain.
Misalnya kata makan dituliskan dengan huruf mim, alif, kaf, alif dan
nun menjadi ماكان dan kata belajar dengan huruf ba, lam, alif, jim, alif, dan
ro’ بلاجار . Selain huruf yang sudah ada padanannya, untuk huruf yang
tidak ada dalam abjad hijaiyyah seperti bunyi sengau “ng” atau dan huruf
“c”, dipakai huruf tertentu dengan menambahkan titik tiga: Ng dengan
ghoin(ݞ) titik tiga dan c dengan jim( چ) titik tiga.