FALSIFIKASIONISME KARL POPPER DAN RELEVANSINYA DENGAN DISKURSUS ILMU KEISLAMAN
Studi terhadap Dialektika Pembagian Warisan dalam Islam
DOI:
https://doi.org/10.59579/ath.v4i1.9466Kata Kunci:
Karl Popper, Falsifikasi, Diskursus keislaman, Pembagian warisanAbstrak
Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan tentang epistemologi falsifikasionisme Karl Popper dan relevansinya dengan diskursus ilmu keislaman, khususnya berkenaan dengan dialektika pembagian warisan dalam Islam. Penelitian ini merupakan studi pustaka dengan pendekatan kualitatif, menggunakan karya Karl Popper dan literatur terkait sebagai sumber data. Analisis dilakukan secara induktif dan komparatif untuk mengkaji relevansi falsifikasionisme dalam diskursus pembagian warisan Islam. Pendekatan falsifikatif mendorong keterbukaan terhadap kritik dan reinterpretasi dalam memahami ketentuan pembagian waris dalam Islam. Meski teks Al-Qur’an bersifat eksplisit, perubahan sosial menuntut pembacaan yang lebih kontekstual dan adil. Tokoh seperti Syahrur, Amina Wadud, dan Asma Barlas menawarkan reinterpretasi progresif, meski tampak berbeda secara signifikan dengan interpretasi ulama klasik, namun mereka tetap yang menyebut bahwa interpretasinya tetap berpegang pada maqāṣid al-syarī‘ah. Pendekatan ini mencegah stagnasi pemikiran tanpa mengabaikan otoritas teks suci.
