Syariati: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Hukum
https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/syariati
<h4 style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="en"><span style="font-family: helvetica;"><span style="font-family: helvetica;">Syariati: Jurnal Studi Al-Qur`an dan Hukum merupakan jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Fakultas Syari'ah dan Hukum (FSH) Universitas Sains Al-Qur'an (UNSIQ) Jawa Tengah di Wonosobo. Terbit pertama kali tahun 2015. Jurnal ini fokus pada studi Al-Qur'an dan Hukum dengan berbagai pendekatan keilmuan. Redaksi mengundang para ahli, peneliti, dan segenap civitas akademika untuk menulis artikel sesuai dengan topik jurnal. Artikel yang dimuat tidak selalu mencerminkan redaksi ataupun institusi lain yang terkait dengan penerbitan jurnal. Syariati: Jurnal Studi Al-Qur`an dan Hukum terbit dua kali dalam setahun yaitu bulan Mei dan November. </span></span></span></span><span style="font-size: small;"><span lang="en"><span style="font-family: helvetica;"><span style="font-family: helvetica;">Syariati: Jurnal Studi Al-Qur`an dan Hukum memiliki ISSN (print) : 2459-9778 dan ISSN (online) : 2599-1507. Terakreditasi Sinta 4.<br></span></span></span></span></h4>Fakultas Syari'ah dan Hukum (FSH) UNSIQen-USSyariati: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Hukum2459-9778Korelasi Diyāt dan Restorative Justice dalam Tindak Pidana Pembunuhan dengan Alasan Pemaaf
https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/syariati/article/view/8219
<p style="text-align: justify;">Penelitian ini ingin menganalisis hubungan antara <em>diyāt</em> dalam hukum Islam dan konsep keadilan restoratif dalam sistem hukum positif terkait tindak pidana pembunuhan dengan alasan pemaaf. <em>Diyāt</em>, sebagai bentuk kompensasi finansial kepada keluarga korban, dipandang sejalan dengan prinsip keadilan restoratif yang menekankan pemulihan hubungan sosial. Metode penelitian normatif digunakan untuk mengkaji literatur dalam hukum Islam, KUHP Nasional, dan pendekatan keadilan restoratif kontemporer. Temuan menunjukkan bahwa integrasi <em>Diyāt</em> dan keadilan restoratif dapat menjadi alternatif penyelesaian non-litigasi yang memperhatikan kepentingan korban, pelaku, dan masyarakat.</p>Mahbubi Mahbubi
##submission.copyrightStatement##
https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/syariati
2025-05-012025-05-0111111210.32699/syariati.v11i1.8219Implementasi Prinsip Syariah dalam Marketplace Berbasis Fatwa DSN-MUI di Indonesia
https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/syariati/article/view/8005
<p style="text-align: justify;">Penelitian ini membahas tentang penerapan prinsip-prinsip syariah dalam operasional <em>marketplace</em> di Indonesia, merujuk pada Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) No. 144/DSN-MUI/XII/2021. Masalah yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah bagaimana prinsip-prinsip syariah diterapkan dalam <em>marketplace</em> berdasarkan ketentuan fatwa tersebut. Penelitian bertujuan untuk menganalisis implementasi prinsip-prinsip syariah dalam aktivitas jual beli di platform <em>marketplace,</em> khususnya terkait larangan <em>riba, gharar</em> (ketidakpastian), <em>maysir</em> (spekulasi), dan keharusan adanya akad yang sah. Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi pustaka <em>(library research).</em> Data dikumpulkan melalui analisis dokumen fatwa, jurnal ilmiah, dan artikel terkait. Teori yang digunakan merujuk pada ketentuan-ketentuan hukum ekonomi syariah yang ditetapkan oleh DSN-MUI sebagai landasan normatif dalam mengkaji fenomena jual beli di <em>marketplace</em>. Hasil penelitian menunjukkan bahwa <em>marketplace</em> syariah harus memenuhi prinsip-prinsip syariah, serta kewajiban menyediakan akad yang sah sesuai hukum Islam. Implementasi fatwa ini bertujuan untuk memastikan bahwa transaksi di <em>marketplace</em> sesuai dengan nilai-nilai keadilan, transparansi, dan kejujuran dalam Islam, serta memberikan perlindungan bagi konsumen</p>Delia DevanaAnwar Ma’rufiAchmad Nursobah
##submission.copyrightStatement##
https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/syariati
2025-05-012025-05-01111132410.32699/syariati.v11i1.8005Dimensi Uang dalam Penghapusan Dosa: Sebuah Tinjauan Tafsir
https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/syariati/article/view/8025
<p style="text-align: justify;">Isu agama kerap menjadi titik gesekan dalam wacana publik, terutama ketika bersentuhan dengan persoalan sosial yang sensitif. Salah satu topik yang menimbulkan perdebatan adalah gagasan bahwa dosa dapat ditebus dengan uang—terutama dalam kasus zina. Wacana ini, terlepas dari akurasi dan motif di baliknya, menarik untuk ditelaah bukan hanya sebagai respons terhadap kontroversi, melainkan juga sebagai upaya untuk memahami posisi tafsir dalam menjelaskan relasi antara dosa, taubat, dan harta. Tulisan ini bertujuan untuk mengulas dua hal: pertama, benarkah dosa zina dapat ditebus dengan uang? Kedua, bagaimana para mufasir memandang kemungkinan penghapusan dosa melalui harta dalam kerangka tafsir Al-Qur’an? Penelusuran ini menemukan bahwa dosa zina tidak dapat ditebus dengan uang, karena termasuk dalam kategori dosa besar yang memiliki sanksi hukum tersendiri dalam Islam. Penggunaan uang sebagai bentuk penebusan hanya dapat dipertimbangkan setelah pelaku benar-benar menjalani proses taubat yang sah, yakni berhenti dari perbuatan tersebut, menyesalinya, dan berkomitmen untuk tidak mengulanginya. Bahkan setelah itu, peran uang lebih bersifat sebagai pendukung spiritual dalam bentuk sedekah atau zakat, dan hanya relevan untuk dosa-dosa yang tidak memiliki hukuman tetap seperti zina, pembunuhan, atau minum khamr.</p>Ach. Khoiri NabilUlfatul HalimahAhnaf Gilang RamadhanM. AmirNoviani Lu’luatul Fuada
##submission.copyrightStatement##
https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/syariati
2025-05-012025-05-01111253610.32699/syariati.v11i1.8025Muḥassināt Ma’nawiyah: Fenomena Aṭ-Ṭibāq Dalam Surat Al-Wāqi’ah
https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/syariati/article/view/9671
<p style="text-align: justify;">Artikel ini membahas fenomena<em> aṭ-ṭibāq </em>sebagai salah satu aspek penting dalam ilmu<em> balāghah, </em>khususnya<em> muḥassināt ma’nawiyah </em>atau penghias makna, yang banyak ditemukan dalam surat <em>Al-Wāqi’ah. </em>Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi literatur untuk mengidentifikasi dan menganalisis lafaz-lafaz yang mengandung<em> aṭ-ṭibāq </em>dalam surat<em> Al-Wāqi’ah. </em>Hasil kajian menunjukkan bahwa<em> aṭ-ṭibāq </em>berfungsi tidak hanya untuk memperindah gaya bahasa, tetapi juga untuk memperkuat makna yang ingin disampaikan dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Dalam surat<em> Al-Wāqi’ah, aṭ-ṭibāq </em>muncul dalam berbagai bentuk, baik pada kata-kata yang berlawanan secara langsung maupun yang mengandung pertentangan makna tersirat. Penggunaan <em>aṭ-ṭibāq </em>ini menunjukkan kekayaan retorika Al-Qur’an dan memberikan pesan yang lebih tajam, mendalam, serta kontekstual. Penelitian ini menjadi salah satu kontribusi penting dalam studi retorika Al-Qur’an dan membuka peluang bagi pengembangan ilmu <em>Balāghah </em>dan pemahaman mendalam terhadap keindahan bahasa Arab.</p>Kamila Ainur RidhoPawestri HayuningtyasAgustiar Agustiar
##submission.copyrightStatement##
https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/syariati
2025-05-012025-05-01111374610.32699/syariati.v11i1.9671Nilai Maaf dalam Tafsir Al-Azhar Karya Buya Hamka: Fenomena Cancel Culture di Media Sosial
https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/syariati/article/view/8612
<p style="text-align: justify;">Penelitian ini mengkaji nilai maaf yang diajarkan Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar dan relevansinya dalam merespons fenomena cancel culture di media sosial. Cancel culture adalah praktik sosial yang melibatkan penghukuman massal terhadap individu yang dianggap melanggar norma tanpa memberikan ruang untuk klarifikasi atau perbaikan. Fenomena ini sering menciptakan konflik emosional, polarisasi, dan kerusakan sosial. Dengan pendekatan kualitatif berbasis studi kepustakaan, penelitian ini mengeksplorasi penafsiran Buya Hamka terhadap ayat-ayat seperti Surah Ali-'Imran ayat 134 dan 159, serta Al-A’raf ayat 199, yang menekankan nilai-nilai menahan marah, memaafkan, dan berbuat baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai maaf tidak hanya menawarkan solusi teoretis tetapi juga menjadi panduan aplikatif untuk menyelesaikan konflik sosial modern. Dengan mengintegrasikan nilai moral Al-Qur'an ke dalam fenomena cancel culture, artikel ini memberikan kontribusi baru dalam ilmu penafsiran, menjadikannya relevan dengan tantangan era digital. Konsep ini relevan dalam menangani cancel culture, dengan menawarkan pendekatan berbasis dialog, rekonsiliasi, dan kontrol diri. Artikel ini memberikan perspektif baru tentang bagaimana nilai maaf dalam tafsir Islam dapat diterapkan untuk mengatasi tantangan sosial modern.</p>Lukmanul HakimZul Erpan QurniawanSendy PrayogaMuhammad Rizqi
##submission.copyrightStatement##
https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/syariati
2025-05-012025-05-01111476410.32699/syariati.v11i1.8612